Siapapun Kamu, Cukup Kagumi Aku
Malam ini hujan. Tapi, di dalam sini terasa hangat. Semua pintu tertutup rapat, kami berkumpul di ruang keluarga. Televisi bervolume keras, kami semua termangu menatapnya. Selamat datang, berjumpalah aku ke dalam babak baru kehidupan. Babak di mana aku bisa menerima sepenuhnya. Semua takdir digenggamanku ini, akan kulahap habis-habis. Tiba-tiba saja dadaku sebelah kiri terasa tergelitik, ketika aku membayangkan namamu. Tapi, aku masih ragu apakah kita berdua emang ditakdirkan bersama? apalagi, kita berbeda agama! Setidaknya, jika nanti aku tak bisa menggenggam tanganmu hingga masa tuaku, izinkanlah aku memintamu; untuk mengagumiku, mendengarkanku dan tersenyum ketika melihatku. Apa itu sangat tidak mungkin? Tolong jawab aku! Kenapa aku berkata demikian? karena kamu adalah penyemangatku. Ah, aku terlalu lebay. Oke, sudahlah! Jika itu memang tak mungkin terjadi, biarkan aku sendiri yang mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan. Tunggu, siapa itu kamu? Oh tidak, aku lupa. Har...