Kenapa Hidup Begitu Keras? Ini Filosofinya
Hidup memang keras. Tapi mati bukanlah pilihan. Laku hidup seperti baterai yang memutar dinamo 1 jam, tapi putaran dinamo 1 jam tidak akan bisa mengembalikan daya baterai ke semula. Jika bisa, tentu dari dulu PLN sudah menggunakan sistem seperti ini. Menggunakan dinamo kecil untuk memutar dinamo besar. Lalu listriknya digunakan untuk memutar dinamo kecil, sisanya untuk penerangan. MUSTAHIL.
***
Kemarin sore saya merenung di tengah waktu merumput rumput gajah untuk sapi peliharaan saya. Kebetulan akhir-akhir ini saya sedang mengolah filosofi tentang Kenapa Hidup Itu Sulit? Ya, saya akui saya terlambat mendewasa. Saya belum lama sadar bahwa hidup ini memang terlalu keras. TAPI mati bukanlah pilihan.
Saya masih belum menemukan jawaban, tapi buah pikiran saya sebelumnya tentang prinsip keseimbangan rupanya membuahkan gagasan baru.
Saya percaya, secara absolut input == output. Tapi, ingat jika kayu dibakar bukan hanya ada kayu keluar api. Ada abu, asap dan lainnya. Mungkin jelasnya seperti ini :
Kayu + Oksigen = CO2 + Asap + Abu.
Hanya saja hidup ini terlalu rumit, sehingga seolah-olah yang nampak di mata manusia hanya kayu (input) dan abu (output).
Hal yang unik dari proses konversi dari input ke output ini adalah ENAK dan TIDAK ENAK. Di awal membakar kayu, kita harus mencari korek, memastikan kayu sudah kering. Ketika kayu mulai terbakar sampai menjadi abu, kita tinggal menikmati kehangatannya.
Proses input -> output juga berlaku dalam kegiatan jual beli. Dapat dipastikan, sesorang yang melakukan transaksi karena kebutuhan. Maka nilai yang harus ditukarkannya jauh lebih besar dari apa yang ia dapat. Hal inilah yang menjadi inti bahasan tulisan ini. Percaya atau tidak, hal ini juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Jika nilai A = B; angka keduanya mungkin berbeda tapi nilai sentimentalnya seimbang. Apabila seseorang hanya memiliki A dan merasa BUTUH B, ia harus menukar lebih banyak A untuk mendapatkan B.
Misalnya anda punya 13k IDR, kurs 1 USD = 13k IDR. Karena ada rasa butuh USD, 13k IDR tidak akan genap jika ditukar 1 USD. Coba saja ke bank. Harga jual selalu lebih rendah dai harga beli.
Atau mungkin, jika anda punya baterai, anda merasa butuh memutar kincir; akhirnya berputarlah kincir itu selama 1 jam. Tapi saat anda ingin mengembalikan daya baterai ke semula, tidak cukup jika hanya memutar kincir 1 jam. Begitu pula jika dibalik, anda mengisi batetai dengan memutar kincir 1 hari, tapi batetai itu tidak mungkin memutar kincir genap 1 hari.
Hidup tidak akan membiarkan semuanya berjalan mudah, tapi begitulah kenyataannya.
***
Kemarin sore saya merenung di tengah waktu merumput rumput gajah untuk sapi peliharaan saya. Kebetulan akhir-akhir ini saya sedang mengolah filosofi tentang Kenapa Hidup Itu Sulit? Ya, saya akui saya terlambat mendewasa. Saya belum lama sadar bahwa hidup ini memang terlalu keras. TAPI mati bukanlah pilihan.
Saya masih belum menemukan jawaban, tapi buah pikiran saya sebelumnya tentang prinsip keseimbangan rupanya membuahkan gagasan baru.
Saya percaya, secara absolut input == output. Tapi, ingat jika kayu dibakar bukan hanya ada kayu keluar api. Ada abu, asap dan lainnya. Mungkin jelasnya seperti ini :
Kayu + Oksigen = CO2 + Asap + Abu.
Hanya saja hidup ini terlalu rumit, sehingga seolah-olah yang nampak di mata manusia hanya kayu (input) dan abu (output).
Hal yang unik dari proses konversi dari input ke output ini adalah ENAK dan TIDAK ENAK. Di awal membakar kayu, kita harus mencari korek, memastikan kayu sudah kering. Ketika kayu mulai terbakar sampai menjadi abu, kita tinggal menikmati kehangatannya.
Proses input -> output juga berlaku dalam kegiatan jual beli. Dapat dipastikan, sesorang yang melakukan transaksi karena kebutuhan. Maka nilai yang harus ditukarkannya jauh lebih besar dari apa yang ia dapat. Hal inilah yang menjadi inti bahasan tulisan ini. Percaya atau tidak, hal ini juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Jika nilai A = B; angka keduanya mungkin berbeda tapi nilai sentimentalnya seimbang. Apabila seseorang hanya memiliki A dan merasa BUTUH B, ia harus menukar lebih banyak A untuk mendapatkan B.
Misalnya anda punya 13k IDR, kurs 1 USD = 13k IDR. Karena ada rasa butuh USD, 13k IDR tidak akan genap jika ditukar 1 USD. Coba saja ke bank. Harga jual selalu lebih rendah dai harga beli.
Atau mungkin, jika anda punya baterai, anda merasa butuh memutar kincir; akhirnya berputarlah kincir itu selama 1 jam. Tapi saat anda ingin mengembalikan daya baterai ke semula, tidak cukup jika hanya memutar kincir 1 jam. Begitu pula jika dibalik, anda mengisi batetai dengan memutar kincir 1 hari, tapi batetai itu tidak mungkin memutar kincir genap 1 hari.
Hidup tidak akan membiarkan semuanya berjalan mudah, tapi begitulah kenyataannya.
Komentar
Posting Komentar
Blog ini DOFOLLOW
- Silahkan komentar dengan sopan
- No promosi
Komentar yang tidak pantas akan dihapus