Beli Kaos Baru di Giant Harga Diskon. 100 Ribu Dapat 3
Di tempat lahir saya, tidak ada satupun mall. Sekalinya saya dihadapkan penampakan mall, terlihat lalu lalang orang belanja dengan pakaian necis dan make up menawan. Diskon terpampang merah memikat, tapi anehnya harga masih belum terjangkau dompet. Saya berkata pada diri saya, "Ini bukan tempat saya".
Seperti bermasyarakat dan bergaul, sebuah tempat tidak bisa dinilai dari sudut pandang saja. Meskipun sudah mendapat sisi sudut pandang pun, kita tidak bisa langsung menilai jika hanya memperoleh rangkuman dalam sekali-dua kali tatap muka saja. Itulah yang saya pelajari kali ini.
Memang benar mengenai yang saya nilai dulu. Tapi itu hanyalah satu sisi saja. Mall atau tempat belanja modern ternyata memiliki lebih banyak pilihan. Saya rasa mall lebih serius memperhatikan pangsa pasarnya. Dengan melihat keadaan ekonomi masyarakat sekitar yang beragam, tidak heran jika disini tersedia berbagai macam barang dan brand, mulai dari kelas bawah, kelas standar, hingga kelas atas yang harganya seolah tak masuk akal.
Mata yang sering menipu. Pengunjung dan pegawai yang kebanyakan berpenampilan rapih-necis, memberikan kesan eksklusif. Meski ada banyak barang murah yang dijual, nyatanya kita sulit merasakan aura yang bisa mengundang pikiran kita untuk merasakan keberadaan barang murah di sekitar mall saat pertama kali berkunjung di sini.
***
Berawal dari kesepian di kos, saya iseng ikutan teman pergi ke Mall Giant Dinoyo, Malang yang belum lama ini dibuka. Sebenarnya ada rasa berat hati, apalagi keadaan dompet bokek saya saat itu terasa membebani pikiran. Saya pun membuat alibi untuk ikut sekedar melihat-lihat dan menyegarkan mata. hehehe
Pengalaman saat itu rupanya menyadarkan anggapan salah saya mengenai mall. Memanglah dulu saat beberapa kali ke mall saya tidak terlalu antusias berkeliling dan mengamati harga. Tapi karena sedikit tekanan, ingin terlihat alami dan tidak canggung; kali ini saya berpura-pura keliling kesana-kemari dengan antusias. Yap, saya sadar, mall adalah tempat yang sempurna. Barang lengkap, ada AC, ada tangga berjalan,udah gitu cewek cantik dimana-mana.
Hal yang lebih modern dibuat untuk membenahi kekurangan dari hal tradisional. Itu juga kenapa mall seharusnya lebih baik dari tempat perbelanjaan tradisional. Pada saat transisi ini, tentu saja banyak perlawanan dan persaingan. Di sini, mall tentu saja tidak akan kalah untuk berkompetisi harga. Tidak heran lah, jika di mall juga ada barang murah.
Meski harga pas, murahnya sudah cukup untuk membuat saya puas. Soal harga seperti inilah yang membedakan mall/pusat perbelanjaan modern dengan pasar tradisional. Harga *ASLI* barang di pasar tradisional ditentukan oleh kepandaian pembeli dalam menawar. Sedangkan di mall ditentukan oleh kejelian pembeli dalam melihat brand dan kondisi barang.
Meski saat itu saya pulang dengan kondisi tangan kosong, minggu ini saya iseng pergi sendiri ke mall untuk membeli kaos oblong murah di sana. Lumayan lah, ada yang 100 rb dapat 4 pula. Desain juga lebih kekinian dan pilihan beragam. Setelah banyak melihat, saya pun membeli 3 buah kaos ukuran L hanya dengan 100 rb saja. Alhamdulillah, sesuatu.... :D
Seperti bermasyarakat dan bergaul, sebuah tempat tidak bisa dinilai dari sudut pandang saja. Meskipun sudah mendapat sisi sudut pandang pun, kita tidak bisa langsung menilai jika hanya memperoleh rangkuman dalam sekali-dua kali tatap muka saja. Itulah yang saya pelajari kali ini.
Memang benar mengenai yang saya nilai dulu. Tapi itu hanyalah satu sisi saja. Mall atau tempat belanja modern ternyata memiliki lebih banyak pilihan. Saya rasa mall lebih serius memperhatikan pangsa pasarnya. Dengan melihat keadaan ekonomi masyarakat sekitar yang beragam, tidak heran jika disini tersedia berbagai macam barang dan brand, mulai dari kelas bawah, kelas standar, hingga kelas atas yang harganya seolah tak masuk akal.
Mata yang sering menipu. Pengunjung dan pegawai yang kebanyakan berpenampilan rapih-necis, memberikan kesan eksklusif. Meski ada banyak barang murah yang dijual, nyatanya kita sulit merasakan aura yang bisa mengundang pikiran kita untuk merasakan keberadaan barang murah di sekitar mall saat pertama kali berkunjung di sini.
***
Berawal dari kesepian di kos, saya iseng ikutan teman pergi ke Mall Giant Dinoyo, Malang yang belum lama ini dibuka. Sebenarnya ada rasa berat hati, apalagi keadaan dompet bokek saya saat itu terasa membebani pikiran. Saya pun membuat alibi untuk ikut sekedar melihat-lihat dan menyegarkan mata. hehehe
Pengalaman saat itu rupanya menyadarkan anggapan salah saya mengenai mall. Memanglah dulu saat beberapa kali ke mall saya tidak terlalu antusias berkeliling dan mengamati harga. Tapi karena sedikit tekanan, ingin terlihat alami dan tidak canggung; kali ini saya berpura-pura keliling kesana-kemari dengan antusias. Yap, saya sadar, mall adalah tempat yang sempurna. Barang lengkap, ada AC, ada tangga berjalan,
Hal yang lebih modern dibuat untuk membenahi kekurangan dari hal tradisional. Itu juga kenapa mall seharusnya lebih baik dari tempat perbelanjaan tradisional. Pada saat transisi ini, tentu saja banyak perlawanan dan persaingan. Di sini, mall tentu saja tidak akan kalah untuk berkompetisi harga. Tidak heran lah, jika di mall juga ada barang murah.
Meski harga pas, murahnya sudah cukup untuk membuat saya puas. Soal harga seperti inilah yang membedakan mall/pusat perbelanjaan modern dengan pasar tradisional. Harga *ASLI* barang di pasar tradisional ditentukan oleh kepandaian pembeli dalam menawar. Sedangkan di mall ditentukan oleh kejelian pembeli dalam melihat brand dan kondisi barang.
Meski saat itu saya pulang dengan kondisi tangan kosong, minggu ini saya iseng pergi sendiri ke mall untuk membeli kaos oblong murah di sana. Lumayan lah, ada yang 100 rb dapat 4 pula. Desain juga lebih kekinian dan pilihan beragam. Setelah banyak melihat, saya pun membeli 3 buah kaos ukuran L hanya dengan 100 rb saja. Alhamdulillah, sesuatu.... :D
Komentar
Posting Komentar
Blog ini DOFOLLOW
- Silahkan komentar dengan sopan
- No promosi
Komentar yang tidak pantas akan dihapus