Pengalaman Tes TAT (Thematic Apperception Test)

Menurut Psychologymania.net; Thematic Apperception Test, disingkat TAT, adalah suatu teknik proyeksi, yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang menampakkan diri dalam hubungan interpersonal dan dalam apersepsi (atau interpretasi yang ada artinya) terhadap lingkungan. Dengan teknik ini seorang interpreter yang mahir dapat mengungkap dorongan-dorongan emosi, sentiment, kompleks dan konflik-konflik pribadi yang dominan.

Ceritanya, hari Senin kemarin saya diajak salah satu teman saya, namanya Ari. Kuliahnya di jurusan Psikologi Unmer Malang. Karena bertepatan ada kegiatan praktikum, ia memilih saya sebagai subjeknya untuk praktik tes TAT di hari tersebut. Waduh, saya jadi ingat kemarin hari dia juga coba melakukan tes pada saya. Entah bagaimana cara ia melakukannya, kepribadian saya terusut habis lewat gambar dan tulisan yang saya buat. Buset, hampir semuanya benar, bahkan sampai buat saya baper, karena ada beberapa aspek yang sengaja saya sembunyikan ternyata terungkap --jangan-jangan psikologi diajarin ramal juga?--. Saya jadi agak was-was, aneh saja rasanya kalau jadi baper dan dilihat banyak orang di sana, kan,

Dalam tes TAT itu, saya disuguhi 10 gambar hitam putih; yang entah darimana asalnya dan kenapa pula harus dipilih gambar-gambar ini semua. Selain itu, ada lagi selembar kertas putih kosong misterius tanpa gambar. Dari kesepuluh gambar tersebut, saya diminta menceritakan tentang apa saja hal yang terjadi dalam gambar tersebut. Sementara itu, untuk kertas kosong, saya diminta membayangkan gambar sendiri dan menceritakannya.

Adapun, contoh gambarnya seperti ini:




Mudah saja, karena agak punya passion menulis, saya bisa membuat ide semau saya dengan pilihan kata yang diusahakan sebagus mungkin --saya tidak suka setengah-setengah, guys. hehe--. Terbawa suasana, mungkin, saya abaikan kebisingan yang ada di sekeliling, Sempat juga mood agak terganggu, karena gurauan mahasiswa di luar terdengar sampai di dalam; kesannya seperti mengejek cerita saya. Jadinya agak nervous, tapi untungnya dapat saya kendalikan kembali pikiran saya --be professional :v--.

Karena terlalu totalitas, saya tidak sadar kalau rekan teman saya yang lain sudah beranjak selesai. Tapi, sebagai perfeksionis dengan passion menulis seperti saya, rasanya penting untuk berusaha menjaga cerita tetap dalam kendali tangan saya. :v

Singkat cerita, kesebelas kartu telah saya uraikan ceritanya; meski butuh waktu paling lama diantara rekan yang lain. Katanya sih, waktunya fleksibel, jadi ya bebas saja rasanya saat bercerita. Tapi pas keluar agak aneh juga, karena keluar paling terakhir kitanya. Meski begitu, pada praktek lapangan memang benar-benar tidak dibatasi waktu, agar subjek tidak terpengaruh psikisnya karena ada batasan waktu; katanya. Ah, tapi soal perasaan itu tak penting, sampai kos juga pasti lupa.

Uniknya, meski saya merasa menguraian semuanya dengan nyaman, suara saya dibilang datar. Tidak heran, memang dalam keseharian saya seperti ini sih. Hanya saja, sudah lama tidak ada yang berkomentar soal ini; pikir saya sudah berubah. Suara yang saya kira bisa di dengar dengan baik, ternyata juga belum berubah dari dulu. Ya, beginilah saya orangnya, datar dan kalem. But I'm OK with these. :v

Meski penguraian cerita lumayan menyenangkan, tapi sebenarnya saya penasaran dengan hasil tes-nya. Yap, kita tunggu saja si Ari menganalisis dengan caranya. :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara Cermin dan Kamera

Cukuplah Berusaha dengan Hati dan Cinta

Tidak Ada Pilihan Yang Salah, Tapi Semua Pilihan Memiliki Konsekuensi (Termasuk Dosa)