The X Factor Of Bravery
Galau, Masalah, Stress, Repeat.
Sejatinya manusia memang tidak bisa hidup lepas dari masalah. Tapi, jangan pernah berhenti berlari. Karena setiap masalah dibuat untuk sebuah tujuan. Percaya atau tidak, kamu harus percaya.
Setiap masalah akan menjadi masalah jika pikiran manusia menganggapnya sebagai masalah. Lalu bagaimana merubah pikiran itu tidak menjadi masalah lagi? Jawabannya: Hadapi!
Komponen utama dalam pola pikir manusia terdiri atas 2 hal; yaitu pikiran dan hati. Salah satu tugas hati adalah menghasilkan nilai-nilai kebenaran (entah itu benar yang bersumber dari illahi atau kebenaran yang bersumber dari kemauan hawa nafsu). Kemudian pikiran bertugas untuk verifikasinya. Kira-kira, sih, begitu.
Saya jadi ingat quotes yang diucapkan oleh Rian dalam novel Mariposa:
Jangan cuma pakai hati kamu, pakai juga otak kamu. Fungsi mereka saling melengkapi bukan saring mendominasi!
Menurut pengalaman saya yang sudah-sudah, sebenarnya semua masalah itu sepele. Yang membuatnya berat adalah pikiran kita sendiri yang terlalu overthinking. Kemudian pikiran membawa ingatan kelam masa lalu, membuat keadaan kita semakin terpuruk. Pikiran itu membuat kita lamban, menunda. Dan masalah semakin terasa berat dan merembet ke mana-mana.
Setelah momentum puncak terjadi, kita merasa stuck, stress dan jika dibiarkan akan membuahkan kegilaan. Jangan biarkan itu sampai terjadi. Patahkan idealisme!
Idealisme bisa berkontribusi pada berat tidaknya sebuah masalah. Idealisme adalah abstrak dari buah pemikiran dan tujuan yang diharapkan oleh setiap manusia. Idealisme bisa baik atau buruk. Idealisme yang baik adalah idealisme yang menuntun manusia kepada sebuah tujuan paling umum, namun menyerahkan jalannya kepada waktu. Sedangkan idealisme yang buruk adalah idealisme yang menginginkan diri manusia kepada jalan yang cenderung kekhususan. Karena terlalu spesifik, tidak banyak jalan yang bisa ditempuh untuk merealisasikan idealisme tersebut. Sehingga saat terpaksa tak terwujud, timbullah kesedihan dalam pikiran manusia.
Misalnya dalam pandangan Islam, setiap manusia diharapkan agar menjadikan Tuhan sebagai tujuan dari segala macam tujuan. Sehingga bagaimanapun jalan yang dilalui, sedih ataupun senang, dia tetap mengingat Tuhannya sebagai kunci segala rintangan yang nantinya akan dihadapi. Itulah contoh idealisme yang baik.
Sedangkan contoh idealisme yang buruk adalah memimpikan seseorang untuk pendamping hidupnya. Dengan menerapkan idealisme terlalu khusus seperti ini, manusia akan menutup banyak jalan lain. Sangat beresiko. Jika sampai tak terwujud, tamatlah.
Oke jika anda atheis, tapi jangan pernah membangun idealisme yang terlalu spesifik; misalnya menempatkan sukses sebagai tujuan hidup. Alangkah lebih baik kalau menempatkan "bahagia" sebagai tujuan hidup dan idealisme. Manusia boleh saja menjadi pengemis, buruh; tapi itu bukan berarti menyedihkan. Karena kebahagiaan adalah sesuatu yang relatif.
Patahkan idealisme sebelum terlambat. Tapi jika anda sudah terlanjur, dalam kegalauan itu pula lah kita harus mematahkannya. Karena pada dasarnya masalah hanya bisa diatasi dari 2 sisi saja: merubah keadaan atau merubah diri sendiri. Jika merubah keadaan sudah tidak mungkin, otomatis kita sendirilah yang harus dirubah.
Pertama, diri sendiri harus berubah keluar dari zona nyaman lalu berusaha mati-matian dengan segala cara untuk mencapai idealisme. Kedua, saat ternyata tidak mungkin, tentu saja idealisme itu harus segera diformat dari memori dn diinstall idealisme baru.
Kebanyakan masalah yang terasa berat ternyata masalah yang mengharuskan kita merubah diri sendiri. Dan di waktu yang sama, pikiran manusia terus saja menghantui dengan banyak cara. Manusia boleh saja sadar betul bahwa yang dia lakukan adalah terpaksa harus berubah. Dia memikirkan bagaimana caranya untuk berubah. Dia sudah menemukan satu-satunya jalan, namun stuck di situ saja.
Stuck? Iya, manusia yang sedang dalam masalah dan sudah menyadari bahwa dia harus berubah seringkali sulit melangkah karena kendala pikiran yang ada di dalam pikirannya sendiri. Pada akhirnya; yang dibutuhkan manusia adalah: keberanian. Keberanian untuk merusak mindsetnya ataupun keberanian untuk menghancurkan idealismenya.
Tapi di manakah keberanian datang?
Jawabannya: jangan terlalu dipikir, do it now. Hey, tidak semudah itu, Ferguso. Nekat memanglah jawabannya. Tapi kemudian manusia itu bertanya: bagaimana caranya nekat?
Yeah, you're stuck right now!
Dan, disitulah faktor X berperan untuk memecahkannya.
Eh, apaan tuh faktor X?
Faktor X adalah faktor yang datang secara misterius untuk mendatangkan kenekatan itu. Kita bisa sja punya mindset dan kepribadian pemalu dan penakut. Tapi, di situlah betapa ajaibnya faktor X. Cuma inilah hal yang dibutuhkan.
Jika, anda sedang mencari faktor X, temuilah orang-orang yang anda sayangi dan orang yang pernah anda sakiti. Terakhir, yang terpenting dan wajib: tanyakan pada pencipta alam semesta.
Perbaiki hubungan kita. lalu tanyakan padaNya dengan sopan. Tenangkan diri, lupakan amarah, pejamkan mata dan berbaringlah. Rasakan apa yang ada di dada kiri kita. Rasakan terus sampai benar-benar yang tersisa adalah "rasa". Rasa hidup.
Di keadaan ini kita merasa seperti angin, kita melayang tapi tidak merasakan apapun kecuali hidup; ya, kita tidak punya tubuh. Kita tidak punya emosi. Tidak merasa senang. Tidak pula merasa sedih. Saat itulah hati benar-benar siap menerima faktor X. Katakanlah padaNya: "Aku pasrah, sekarang terserah padaMu." Pasrahlah sepasrah-pasrahnya.
Lalu, tidurlah.
Komentar
Posting Komentar
Blog ini DOFOLLOW
- Silahkan komentar dengan sopan
- No promosi
Komentar yang tidak pantas akan dihapus