Kita Menderita Karena Salah Kita Sendiri


Setiap manusia berkembang karena masalah.
  • Bayi bisa merangkak karena dunia yang selebar kasur itu membosankan.
  • Bayi bisa jalan karena dia selalu tertinggal saat berebut mainan dari temannya.
  • Anak bisa lari karena tak pernah bisa mengejar dan mencengkram orang yang menjahilinya.
  • Orang bisa naik kendaraan karena lari ke kota lain itu melelahkan.
  • Sampai orang yang naik pesawat karena kendaraan yang lebih kecil tidak sanggup memenuhi kemauannya.
Kalau mau naik yang lebih besar dari pesawat, dan belum berhasil, jangan menyerah. Itu hal manusiawi. Kalau dibilang keinginan itu namanya gak bersyukur, lantas apa namanya bayi yang bertumbuh jadi anak yang sanggup berlari?
Selama ada waktu dan merasa mampu meraih, lakukanlah. Justru, yang namanya gak bersyukur itu adalah: punya waktu dan diberi kemampuan, tapi gak mau memanfaatkannya.

Ingin lebih itu manusiawi. Ingin lebih itu gak salah. Kalau kita berusaha ingin lebih dan dibilang gak bersyukur, itu bukan salah keinginannya, tapi salah karena: ada mengeluhnya.

Jika dinalar lagi secara general, penderitaan itu bersumber dari masalah. Masalah itu sumbernya dari keinginan, seperti bayi yang merasakan masalah karena dunianya yang sempit itu membosankan. Sebenarnya, kalau mau membiasakan diri, memiliki dunia selebar kasur itu tidak ada salahnya juga, itu nikmat kalo udah terbiasa. Ujungnya, bahkan memiliki utang milyaran itu juga ga ada salahnya kalo udah terbiasa.

Dengan studi kasus utang milyaran itu, sebenarnya awal masalahnya adalah ingin lebih. Mungkin ingin lebih kaya, lalu meminta pinjaman bank, namun ternyata usahanya gagal. Dari masalah itu, muncullah anak2 masalah baru. Tapi ya beginilah kita manusia. Kadang masalah2 baru itu kita salahkan. Padahal berdasarkan analogi sebelumnya, itu gak ada sangkut paut ke arah belakangnya. Karena yang punya sangkut paut dua arah adalah: keinginan untuk jadi kaya.
Sayangnya, manusia yang ingin kaya tersebut gak mau menerima prosesnya. Malah menyalahkan keadaan, bahkan ada yang nyalahin Tuhan.

Seharusnya, berani ingin lebih kaya berarti juga berani menanggung segala resiko anak masalahnya. Jika tidak, lebih baik membiasakan diri dan bersyukur dengan keadaan yang ada.

Karena saat anak masalah itu muncul, kitalah yang menginginkannya. Anak masalah itu sepaket dengan keinginan besar. Jikalau sampai mengeluh dan menyalahkan keadaan, kita mendapat 1 paket kesalahan:
- menyalahkan yg tidak bersalah
- tidak bersyukur.

Jika kita bersedih dengan keadaan, sebaiknya jangan terburu-buru menyalaahkannya. Tapi, tanya pada diri sendiri: Kok bisa sakit begini, apa yang sudah saya inginkan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara Cermin dan Kamera

Cukuplah Berusaha dengan Hati dan Cinta

Tidak Ada Pilihan Yang Salah, Tapi Semua Pilihan Memiliki Konsekuensi (Termasuk Dosa)