Masalah Kecil Juga Bisa Memicu Fobia Sosial


Sebagian besar orang berargumen bahwa trauma masa lalu adalah pemicu utama fobia sosial. Tapi kali ini janganlah kita membahas terlalu jauh ke sana dulu. Karena masalah yang sebenernya gak ada hubungannya sama kegiatan sosial dan masalah yang gak terjadi secara intens juga bisa menyebabkannya. masalah yang sebenernya gak ada hubungannya sama kegiatan sosial dan masalah yang gak terjadi secara intens itu saya sebut sebagai masalah kecil masa lalu.

Saya dulu pernah denger, orang cenderung melupakan kenangan buruknya di masa kecil (kata seorang dokter di film Hello Ghost). Kuncinya di situ. Karena hal buruk itu, dulu kita pernah menjadi seorang anak yang jarang bicara dalam kurun waktu agak lama.

Ya meskipun awalnya akrab, kalau karena masalah itu, kita jadi jarang ngomong, dan terjebak. Dulu kita pernah bangkit dan menjadi seperti kita sebelumnya yang banyak bicara. Namun saat ingin mulai bicara kita berpikir seperti takut orang itu bicara dalam hatinya "kemana aja dari kemarin nih orang? Apa dia benci aku? Aku kan gak pernah buat salah? Oke, aku juga benci kamu". Maksud saya, dulu kita pernah kawatir dianggap membenci lawan bicara karena sudah diam dalam beberapa waktu. Padahal kita diam karena suatu masalah berat.

Karena kecemasan itu, kita jadi makin lama jarang bicara, dan terus dihantua kecemasan. Itu terjadi sampai kita lupa dan gak sadar bahkan gak yakin kalau masalah itu menjadi akar penyebabnya. Kata gak sadar bahkan gak yakin perlu digarisbawahi. Soalnya ini sangat masuk akal untuk bisa terjadi.

Kalau kita lihat orang kecil dijahili bisa nangis, kita seakan-akan menganggap pikiran anak kecil itu aneh. Padahal dulu waktu kecil juga pernah seperti itu dan sama sekali gak merasa aneh pada masa itu. Kita sudah lupa bagaimana pola pikir anak kecil kenapa bisa seperti itu. Mungkin dalam alam bawah sadar, kita sebenarnya tahu bagaimana pola pikir anak kecil yang membuatnya cengeng. Ya, karena kita pernah mengalami.

Namun karena pola pikir kita sudah berevolusi massal, berubah jadi pola pikir dewasa, pola pikir macam anak kecil itu sangat aneh dan sulit dilogika oleh otak. Sehingga dianggap tidak penting dan akhirnya dilupakan.

Kita bisa jadi ingat banyak masalah waktu kecil dulu, tapi kita tidak tau masalah mana yang jadi akarnya. Itu karena pola pikir kita yg sekarang sudah berbeda sekali. Sehingga semua masalah itu terkesan sama saja bebannya. Kita bisa jadi tahu kenapa kita menganggap masalah waktu kecil itu adalah masalah, tapi kita tidak sadar. Seandainya kita bisa menggunakan pola pikir anak2-anak seperti dulu, di waktu sekarang, kita pasti tau mana masalah terberat yang membuat kita berubah kepribadiannya.

Temenku yg jurusan psikolog sering bilang, maafin masa lalu mu. Nah, masalahnya kita gak bisa tau letak kesalahan masa lalu kalau kita pakai pola pikir saat dewasa sekarang ini. Analoginya kayak program windows 3.1 yang dijajal di Windows 10, meskipun di Windows 10 ada emulator internalnya, banyak fitur program lama yang gak bisa didukung dengan teknologi baru. Akhirnya gak mau jalan.

Jika ingin mengatasi fobia sosial, mulai dengan hal kecil. Kalo biasanya jalan nunduk sekarang tegap dan gagah. Kalo belum sanggup, lirik aja tanah jalanan yg ada di depan dengan tetap tegap.

Kalo udah terbiasa, mulai lirik orang dan senyum malu-malu kalo berpapasan.

Kalo udah terbiasa, biasain senyum dan sapa dengan panggil status pendeknya, "mari pak", " mangga pak".

Kalo udah terbiasa, sesekali berenti dan tanya, "lagi ngapain pak?" Meski tau dia lagi ngapain.

Lama-lama, kalo kita jalan, dialah yang menyapa atau paling nggak noleh kekita sambil senyum.

Lanjutin terus sampai hal yg gak biasa kita lakuin tapi biasa dilakuin orang kita lakuin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara Cermin dan Kamera

Cukuplah Berusaha dengan Hati dan Cinta

Tidak Ada Pilihan Yang Salah, Tapi Semua Pilihan Memiliki Konsekuensi (Termasuk Dosa)