Camping Pertama Di Gunung Kelud


27 Juli 2018, masih jam 9 pagi; aku sibuk mengurus pemenang kontes berhadiah domain yang sudah aku adakan beberapa hari sebelumnya. Karena peminatnya sedikit, akhirnya cuma ada beberapa saja yang ikut berpartisipasi. Dari 8 hadiah utama yang disediakan, ada 8 peserta yang ikut. Kebetulan banget :'v

Tapi, bukan itu yang mau aku ceritain. Di Whatsapp mereka lagi ngobrol-ngobrol, membahas persiapan buat camping. Aku sudah bilang kalau aku bakalan berangkat jam 11, sebelum jumatan. Pengennya jumatan di tengah perjalanan. Biar temen-temen gak pada nunggu. Tapi apa daya, beberpa menit kemudian temen kuliahku malah datang ngajakin ngobrol. Mau ngusir kan juga gak enak.

Pada akhirnya, aku baru selesai mandi jam 10.30. Itu belum ngambil perlengkapan tenda, kompor dan sebagainya; juga belum beli bekal dan gas buat kompornya. Serba ribet! Udah gitu laper banget lagi!

Akhirnya aku minta tolong buat nitip sarapan sama temenku, Megi, yang kebetulan saat itu lagi nginep di kosanku. Eh, sungguh tak diduga dan tak dinyana; dia malah pergi naik pakai motorku buat beli makan. Aku juga sih yang salah, harusnya bilang agar dia beli di deket-deket aja. Akhirnya aku jalan kaki ke minimarket yang kebetulan deket kosan; beli gas sama perbekalan. Mungkin aja pas aku balik, Megi udah balik.

Selesai dari minimarket, cabutlah aku ke kosan. Ternyata gak sesuai dugaan, Megi belum balik, sementara jarum pendek udah nunjukin angka 11. Jadi, aku siapin aja deh baju ganti sambil menghirup sebatang rokok. Rasanya, semuanya jadi enteng. Terima kasih rokok.

Semua amunisi udah hampir siap, tinggal ambil tenda yang udah aku booking sebelum hari H. Kebetulan, Megi udah balik tuh, aku pun ngebut menembus macetnya jalanan Gajayana, MT Haryono, sampai Panjaitan.

Rencana berangkat jam 11 mutlak gagal. Aku sungkan buat bilang ke temen-temen kalau aku bakalan berangkat telat, jadi aku cuma bilang ke mereka agar jangan buru-buru.

Jadinya jumatan di masjid deket kosan. Seusainya, aku langsung bergegas naik motor dan berangkat menjemput salah satu temenku, Idris. Dia adalah salah satu temen yang aku kenal dari grup Introvert Indonesia. Ada rasa bahagia tersendiri saat bisa bertemu dan merencanakan perjalanan dengan orang yang sejalan dengan kita.

Mungkin, aku sampai di rumah si Idris ini jam 13.00, meski dia tergesa-gesa buat menyiapkan barang bawaannya, waktu berangkat bertemu mas Yasin cukup lama. Setengah jam lebih. Sesampainya di pom Wlingi, muka asem terlihat jelas di raut mas Yasin. Oke, yang penting aku sudah minta maaf ya, mas. Hehehehe.

Berangkatlah kami bertiga menuju base camp. Awan mendung sedikit mengkhawatirkan. Kami semua tidak membawa mantel, tapi kami tetap nekat melanjutkan perjalanan tanpa membeli mantel.

Sesampainya di base camp mungkin jam 4 lebih, sore hari. Sebelum melakukan pendakian, kami mendaftarkan diri di pos itu. Mencatat nama, kontak dan amunisi yang kami bawa. Perjalanan menuju titik awal pendakian lumayan jauh, mungkin 1-2 km. Awalnya kami berniat jalan kaki, tpi karena alasan pengabdian masyarakat, kami diharuskan berangkat dengan ojek untuk menuju titik tersebut. Tarifnya 10 ribu aja  kok.

Bismillah. Kami mulai melangkahkan kaki. Merasakan udara sejuk dan melihat pemandangan gunung yang belum pernah kami nikmati sebelumnya. Ini adalah pendakian dan camping pertama kita. Sehingga, perjalanan ini terasa begitu menggetarkan hati. Bahagia, waspada dan terpana begitu terasa di hati.

Kami sampai di pos pertama waktu maghrib. Segeralah kami bergantian untuk sholat. Kami terpaksa bergantian karena tempat yang sempit dan karena cuma saya yang membawa sajadah untuk alas. Di pos pertama ini juga kami istirahat sebentar. Membuat api unggun kecil dan menyiapkan suplemen minuman untuk menguatkan fisik. Selesai itu, kami melanjutkan untuk pendakian melalui pos 2 dan 3. Karena kondisi gelap, tidak begitu nampak bagaimana vegetasi hutan yang kami lalui. Tapi, rasa-rasanya, di gunung kelud; dari pos pertama sampai ketiga memang dihiasi pohon besar dan lebat dengan udara yang sangat lembab. Jarang sekali ak mendapati vegetasi semak kering yang membuat gunung ini rawan terbakar.

Kami pun memutuskan untuk membangun tenda di pos 3. Dengan insting kami, tenda dome pertama pun berhasil berdiri, meski tidak sebagus tenda di sebelah kami. Maklum, masih pertama, sih. Terakhir, di pos ini kami segera istirahat sambil menahan hawa dingin dataran tinggi yang membekukan.

Mungkin jam 6 pagi, leesokan harinya, kami meninggalkan tenda; hendak melanjutkan perjalanan menuju puncak. Bicara soal tumbuhan edible, di sini kita bisa menemui banyak buah parijoto yang tumbuh subur. Ada pula banyak jenis buah dari genus Ficus, penampakannya mirip awar-awar; tapi tidak begitu yakin kalau ini aman dan edible. Ada pula pepohonan liaar yang daunnya mirip kersen, tapi buahnya lebih mirip murbey dan kecil sekali. Rasanya manis, gak tau juga ini aman atu tidak. Tapi untungnya saya masih hidup sampai sekarang, meski memakan banyak buah itu.

Setelah pos 4, medan berbatu mulai tampak. Pepohonan semakin jarang, tapi banyak sekali edelweis yang memukau. Jika beruntung, ada pula beberapa raspberry masak yang bisa dipetik untuk dinikmati.

Jalanan menuju puncak harus dilewati dengan hati-hati. Bagaimana tidak, untuk mencapai kawah, kita harus melipir melewati pinggiran tebing berbatu yang amat terjal. Bahasa jawanya, kita harus tatag, terbiasa cekatan mengendalikan organ gerak. Salah sedikit, pulang tinggal nama.

Entah ampai di kawah jam berapa. Sayang sekali pemandangannya berawan. Meski begitu, kado foto tidak sampai kami abaikan. Setelah puas, kami segera kembali dengan stok air yang sudah menipis.


Di tenda kami bermalam 1 malam. Mulai setibanya dari puncak di sore hari sampai pagi jam 6-7 an. Tenda sudah dilipat, barang sudah dicek, kami pun pulang dengan rasa puas. Karena langit cerah, pemandangan sekitar bisa dilihat dengan jelas. Buah yang paling banyak dan bisa dinikmati di sini adalah parijoto. Kalau boleh bawa semua, mungkin kita bisa turun membawa puluhan kilo buah parijoto ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara Cermin dan Kamera

Cukuplah Berusaha dengan Hati dan Cinta

Tidak Ada Pilihan Yang Salah, Tapi Semua Pilihan Memiliki Konsekuensi (Termasuk Dosa)