Solo Hiking Gunung Arjuno?
Beberapa minggu yang lalu, tepatnya aku sudah lupa. Yang jelas, masa itu sama seperti masa-masa terdekat sebelumnya. Masa pikiran hiruk pikuk, stuck dan dipenuhi kegalauan. Untungnya aku bukan tipe orang yang kalau galau jadi males, terus kepikiran bundir. Yeah, not always. Tapi seringnya, kalau perasaan gundah gulana menghampiri, aku sering dapat hikmah buat ngelakuin hal gila. Dan entah cuma menurutku atau enggak, hal gila itu selalu berakhir fantastis dan mengesankan.
Kegalauan itu udah betul-betul berhasil memaksa aku ngerencanain perjalanan solo hiking. Sehingga pagi yang dingin iu aku sudah tergiring oleh kegilaan itu sampai di depan pos perijinan yang dekat dengan arboretum Sumber Brantas, sekitaran Batu. Jalannya berhutan pinus lebat, dan kiri-kanannya diapit oleh Arjuno, Welirang dan barisan Anjasmoro. Whatta wonderful place!
Antara semangat dan ragu, aku segera turun dari motor, mendekati pos perijinan yang rupanya pada saat itu sedang direnovasi. Ini sudah bikin aku jadi lega sekaligus putus asa. Tapi, sebuah kertas tertempel di jendela pos itu. Tertulis 2 nomor HP pengurus pos. Aku kembali ragu, tapi juga kembali semangat. Ku telpon nomor itu, dan tak lama kemudian, penjaga pos yang rupanya bernama sama seperti dosbingku datang. Namanya pak Eko. Dia datang sekitar jam 10 pagi itu. Belilau juga sedang tergesa-gesa, karena sebentar lagi dia harus segera pergi melakukan patroli hutan. Yap, itulah yang membuat proses perijinan tidak butuh lama. Rasa sungkanku pun terhapus, karena salah satu faktor yang memicu keraguanku adalah rasa sungkan ketika ditanya kenapa pengen jalan sendiri. Jomblo bukanlah jawaban logis, secara aku ini tampan dan maskulin, sehingga alasan negatif cenderung lebih dicurigai. :v
Perjalanan menuju pendakian dimulai dengan mengendarai motor sekitar 2 km ke utara, menuju ke pemukiaman warga Sumber Brantas yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. Ada satu jalan utama ketika aku belok kanan. Ditandai dengan gapura di samping green house, di sana ada 3 rumah warga yang salah satunya bisa dibuat parkirin motor. Dan disitulah aku parkir dan segera melanjutkan perjalanan pendakian solo.
Perjalanan pertama dimulai dengan perjalanan panjang melewati kompleks perkebunan (eh... sawah atau kebun ya?) yang luas dan jalannya penuh cabang. Di sana, kebanyakan ditanami wortel dan kentang. Jika beruntung, kita juga bisa menemukan ceplukan gunung eksotis yang tidak bisa kita temui di persawahan dataran rendah. Ceplukan ini lebih gurih, segar dan berukuran lebih besar.
Capek dan sepi adalah salah satu duka dari solo hiking. Rasa itu terkadang mempengaruhi pikiran kita. Sedikit-demi sedikit capek membuat fokus berkurang, lalu diantara momentum itu kita sering terkejut melihat suara-suara yang tidak diharapkan. Padahal itu memang bukan apa-apa sih. Tapi ya itulah pikiran. Meski begitu, kita harus selalu bisa berusaha mengendalikan diri.
Di perjalanan banyak petani yang melihat aku. Ada yang tersenyum ramah, ada pula yang sinis dan ngomong jelek dengan rekan mereka. Bahasa jawanya rasan-rasan. Wkwkwk, udah biasa bro.
Setelah 1 jam lebih melintasi area persawahan, sampailah di basecamp. Sebuah gubug di ujung persawahan dengan kayu ditulisi arang bertuliskan "Pendakian", lengkap dengan arah panahnya. Aku mengikuti ke mana arah panah itu ke kanan, lalu belok kiri sekitar 50 meter. Di penghujung sawah mulailah area hutan rimbun menghiasi perjalananku. Terdapat plang keterangan yang mengatakan bahwa aku sudah sampai di Taman Hutan Rakyat R. Soerjo. Sebenarnya di sini kita dilarang mengambil flora dan fauna. Tapi apalah dayaku, aku lebih kekeh untuk memburu flora yang belum pernah aku temui. Ngambil sedikit boleh lah ya, mbah.
Sebagian besar flora memang tidak aku kenal. Tapi kalau ngomong soal yang edible, di sini banyak. Yang pertama aku lupa namanya apa, tapi kalau kamu tau, tanaman ini batang daunnya bisa dikupas kulitnya lalu di makan. Rasanya masam, tapi menyegarkan. Mantap bro. Ini masih perjalanan awal lho.
Setelah berjalan jauh melewati banyak pepohonan, entah ini namanya pos berapa; ada pohon tumbang besar dengan lahan landai yang cukup untuk mendirikan 2-4 tenda. Dari pos ini jugam kita harus memiih untuk ke Welirang atau Arjuno. Aku memilih Arjuno. Jadi aku tinggal mengikuti plang petunjuk arahnya saja.
Vegetasi pepohonan besar mulai berkurang. Namun, pemandangan bawah masih bayak terhalang. Di sini kita juga bisa menemukan beberapa uap panas yang ditutupi plastik lebar dan di antaranya terdapat jerigen ukuran sedang untuk menampung tetesan air. Jika kehabisan air, kita bisa mengambil air dari sini.
Setelah itu, vegetasi mulai beriring lebat kembali. Pepohonan besar mulai menghiasi perjalanan. Namun rasa takut mulai terbiasa di sini. Karena juga sebelumnya saya sempat mendengar suara seperti sapi berlari di antara semak alang-alang. Anehnya aku cuma mendengar suara keras itu dan cuma melihat semak itu bergerak-gerak. Hiiii...
Perjalanan selanjutnya akan menuntun kita ke pos selanjutnya, yaitu lembah Lengkeang. Di sini luas banget buat bagun tenda. Namun tanahnya bayak berbatu. Tanda kalau kita hampir sampai daerah ini adalah dengan terlihatnya gerombolan tumbuhan cantigi yang besar dan cukup banyak.
Suasana di lembah lengkeang sangat mencekam. Hanya ada aku, kabut dan suara angin menggaung dari arah yang tidak aku ketahui. Ada 2 plang hijau yang menunjukkan ke mana arah percabangan itu menuju. Ke arjuno atau ke welirang(lagi). Kalau ke arjuno, kembalinya kita melalui jalur yang sama, lalu mengambil cabang yang lain di lembah itu untuk menuju ke welirang.Tapi, karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 sore dan kondisi sudah tidak mungkin, aku cuma foto selfi sebentar lalu turun.
Di lembah lengkeang, kita juga bisa menemukan tandon biru besar untuk menampung air uap. Tapi, ada baiknya kalau kita bawa air dari bawah saja untuk berjaga-jaga kalau air di sana sudah terlanjur habis diambil orang lain.
Di perjalanan sebelum lembah aku sempat menemui rombongan 5 orang pendaki dari welirang. Turunnya ternyata saya bertemu dengan mereka lagi. Syukurlah, perjalanan tidak sepi lagi. Di base camp aku juga dapat tumpangan jeep mereka. Alhamdulillah ya. Sampai di parkiran kira-kira jam setengah 6. Meski agak capek, ada rasa kepuasan tersendiri. Selain karena berhasil melakukan perjalanan solo, saya juga berhasil membawa banyak bibit ciplukan, yellow nightshade, berry dan arbei hutan yang banyak tumbuh di sekitar jalan sebelum lembah lengkeang. hehehehe
Komentar
Posting Komentar
Blog ini DOFOLLOW
- Silahkan komentar dengan sopan
- No promosi
Komentar yang tidak pantas akan dihapus