Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Maafkan Aku, Kesedihan ...

Gambar
Mereka bilang, masa kanak-kanak adalah masa paling indah. Akupun juga berpikir demikian, semua hari adalah hari kebahagiaan, tak ada masalah hidup, tak perlu berpikir soal beban hidup, dan, ya, setidaknya itulah yang aku ketahui. Akupun benar-benar masih bisa merasakan luapan kebahagiaan yang masih membekas sejak masa itu. Rasanya semua kebahagiaan itu kini bermetamorfosa, seperti layaknya bunga yang kini menjadi buah, atau ulat yang kini berubah menjadi makhluk bersayap menawan. Hey tapi dimana semua kesedihan dari masa itu? Apa mereka telah bermigrasi? Ataukah mereka telah mati? Kesedihan itu seperti tinta yang tumpah di atas tumpukan kertas. Yang bisa kulakukan hanyalah menyembunyikannya di balik sisi gelap pikiran, dan kubiarkan ia berbalut debu kenistaan, bersama dengan kesendirian, keburukan dan kerendahan. Dia hanya bisa duduk melamun disana, dengan diikat puluhan meter rantai baja. Kini tahun-tahun itu berlalu, dan kesedihan itu telah hilang dari bayang-bayang senja keh...

Antara Cermin dan Kamera

Gambar
Sebagai seorang pendiam, aku sering bertanya pada diriku sendiri. Beberapa pertanyaan yang tak penting, memang. Sebenarnya aku bisa saja melemparkan pertanyaan ini pada orang di sampingku, tapi ketika aku hendak mencobanya, terasa ada sebuah energi yang amat kuat, ia terus memaksaku untuk tetap duduk, ia seperti sugesti kuat yang selalu berusaha membuatku percaya bahwa aku sedang duduk di kursi yang berlapis super glue. Selepas beraktivitas, aku lepaskan semua rasa penatku di dalam sebuah ruangan berkasur empuk, lalu entah kenapa, tiba-tiba aku bertanya pada diriku sendiri, "Aku tuh, ganteng gak sih?" "Ganteeng, coba deh lu ngaca," aku mencoba menjawab pertanyaanku sendiri dengan nada agak semangat. "Wow, betul. Tapi kok, aku gak pernah bisa deket sama cewek, yah?" "Lah, lu kan pendiem." "Setahuku, orang diam gak perlu susah-susah deketin cewek!" "Hmm, iya sih. Coba lu pakai kamera. Mungkin cara kerja sel-sel mata wanita...

Dimanakah Letak Keadilan Tuhan?

Gambar
Dulunya aku pikir Tuhan tidak adil. Dia membiarkan orang-orang lapar saat orang lain tidak, membiarkan mereka beratap awan saat yang lain tidak, mengenalkan kegelapan saat yang lain hidup dalam gemerlap kebahagiaan. Saat aku mengedipkan mata, pikiranku seperti melihat secercah cahaya yang sangat terang, lalu dengan sekejap semuanya berubah  menjadi gelap kembali. Lambat laun aku mengerti bahwa semua perbedaan yang aku lihat belumlah kesemuanya. Maka, di suatu hari aku diingatkanlah bahwa kata "maha adil" bukanlah perkataan yang eksplisit. Keadilan tak akan pernah menjadi hitungan yang sederhana bagi manusia. Keadilan bukanlah saat aku bisa menikmati sesuatu yang bisa dinikmati orang lain di kala aku hidup di dunia, jika aku berdayakan pikirku seperti itu, niscaya aku hanya bisa menistakan karunia Tuhan yang dilimpahkan kepadaku. Aku bertanya pada diriku sendiri, "Dimana letak keadilan Tuhan saat ia membiarkan bayi tak sempat menikmati keindahan dunia? Dimana l...

Cukuplah Berusaha dengan Hati dan Cinta

Gambar
Melakukan sesuatu dengan hati? Begitu banyaknya pernyataan ambigu di dunia ini, dan inilah salah satunya. Sepertinya hanyalah ungkapan tak bermakna, tak penting dan sudah sepantasnya dibuang jauh dari ingatan. Dan, itulah yang aku lakukan. Akupun sampai lupa, kapankah kali pertama dan kali terakhir aku sempat mendengar ungkapan ini. Yang aku ingat, ungkapan ini adalah rahasia untuk meraih sukses. Ungkapan ini ambigu, sehingga banyak sekali mereka yang mengabaikan makna yang sangat mendalam dari ungkapan ini, aku adalah salah satu di antaranya. Tapi Tuhan adalah maha pemberi petunjuk, dan Ia melakukan itu padaku. Hingga pada suatu saat, aku dalam keadaan terpuruk. dan Tuhan mulai melakukan sesuatu yang sama sekali tidak bisa kupikirkan. Maha besar Tuhan, Engkaulah penuntun hidupku, dari kegelapan pelita malam, ataupun dari gemerlap sinar di waktu siang yang menyilaukan. Dulunya aku tak paham apa yg dimaksud dengan, "Selalu kerjakanlah sesuatu dengan hatimu". Bukankah semua...

Analogi Transistor Dalam Kehidupan BerkeTuhanan

Gambar
Sebagai manusia sudah sepatutnya berusaha. Dan, hasilnya Tuhan yg menentukan. Layaknya transistor. Usaha manusia hanyalah arus kecil yg masuk dari base. Besarnya arus yang keluar dari emitor tergantung seberapa besar arus yang mengalir dari kolektor. Melupakan Tuhan sama halnya mengalirkan banyak arus ke base dan menambahkan resistor utk menghambat arus kolektor.

Jangan Tertipu dengan Matamu

Gambar
Semua yg dapat dilihat, didengar, dirasakan dan dipikirkan dengan langsung adalah semu. Seperti melihat es yg mengapung, tapi tak melihat bawahnya. Melihat muka bumi, tapi tak menggali dalamnya. Melihat langit, tapi tak mencoba terbang kesana. Merasa sedih, tapi tak mencari hikmahnya. Jangan pernah tertipu dg sesuatu yg mudah dipikirkan dengan sekejap kau melihatnya.

Menantang Sang Buana

Gambar
Mungkin segelas kopi ini akan menyadarkanku. Dari lamunan yang tak hentinya menarikku dari realita kehidupan. Andaikan hidup semudah mengundang lamunan ke angan, pasti tak akan pernah ada kesedihan. Ah, tapi itu selamanya hanya akan menjadi fatamorgana belaka. Lebih baik aku segera menyeruput kopi, menghadapi realita dengan berani. Tegakkan badan, kuatkan lengan dan tatap ke depan. Ulurkan telunjuk ke depan dan gerakkan. Aku menantangmu sang buana!

Hai

Gambar
Siapa sebenarnya aku? Aku adalah manusia, tapi aku masih bingung kenapa aku harus ada di dunia ini. Aku bertanya pada semua. Oh, tapi mengapa jawaban mereka semua berbeda? Perbedaan itu indah, tapi saat aku membutuhkan jawaban pasti, perbedaan itu tak lagi seindah cinta yang pernah kurasakan. Oh, Tuhan, jika memang Engkau sayang, maka jawablah pertanyaan hamba. "Hai," aku merasa seperti mendengar bisikan. Aku merasa bisikan ini hanyalah halusinasi belaka. Namun sejak saat itu, bisikan tersebut selalu terngiang tiap kali aku berbicara. Akupun mulai berpikir, mungkin ada teka-teki yang harus aku pecahkan. "Apa maksudnya?" tanyaku dalam hati. Meski dengan penuhnya diriku menguras isi pikiran, rasanya tak akan pernah bisa kutemukan maksud dari ini semua. Sampai saat ini, bisikan itu tetap saja menjadi sebuah pertanyaan pelik bagiku. Yang lebih buruk lagi, aku jadi sering menyapa orang disekitarku dengan ucapan umun itu. Tak jarang pula, aku melayangkan pertanya...