Sampai Kapan Aku Akan Terus Begini?
Malamku adalah pagi, pagi dan siangku adalah malam. Pekerjaanku hanyalah seorang pengangguran professional yang menghabiskan seumur hidupku di depan laptop, menggarap ketidakbergunaan. Status mahasiswaku kupertaruhkan untuk impian yang belum jelas adanya. Fakta yang harus kupercaya dari nilai-niilai ketuhanan meluntur, seperti baju-bajuku yang sudah hampir 2 minggu basah di bak; tak kunjung pula dicuci. Jiwaku pun kini hampa, seperti semut yang tersesat di seberang jalanan beraspal. Aku sudah semakin parah sekarang, mengurung diri, sampai-sampai aku berhasil mencapai tujuan awalku, melupakan masalah. Iya, berhasil. Akhirnya, kedua alam jiwaku mulai sadar bahwa itu semua tak ada guna. Yah, teringat juga. Sekarang mau apa? coba melupakannya lagi? Boleh saja, dan itu bisa berhasil, dengan sesuatu yang harus dipertaruhkan pastinya. Semua kesalahaan ini mungkin akan menjadi benih alam bawah sadar untuk membentuk mental baru. Mungkin Tuhan memang tidak sejahat anggapan...