Rinduku Bersama Mentari di Ujung Senja
Terhitung sekitar 4
tahun sudah, terakhir aku melihatmu. Tak lebih dari satu
semester, tapi kehadiranmu membuat kesunyian hidupku mengambang kala
itu. Kapan akan terasa lagi?
Aku berani bertaruh,
sama sekali tiada rasa dalam benakku untuk menyukaimu. Kau terlalu
mengabaikanku, sama seperti mereka-mereka yang lain. Aku menyendiri, kau
tak peduli; Aku menangis, tak ada pengaruhnya bagimu. Tapi, mengapa
aku begitu mengharapkanmu?
Tunggu, aku kira aku
benar-benar mencintaimu. Terasa terbesit dengan begitu saja, tanpa
mempedulikan apakah aku butuh kecantikan atau butuh kekayaan. Yang
kubayangkan di hatiku hanyalah duduk bersamamu, kepalamu bersandar di
pundakku, lalu tiupan angin mengurai rambutmu.
Tahukah kamu? aku pikir aku merindukan raut wajahmu yang begitu sempurna, alismu terpasang kokoh menghiasi sekeliling matamu yang terbenam bola mata yang teramat indah.
Aku bisa menganggap itu sebagai cinta. Tapi, kenapa sekarang aku tak
merasakan auramu lagi? Aku merasa sangat kesepian sekarang.
Seharusnya aku
bahagia, rasa itu telah tiada. Kau tak menganggapku dan akupun tak
punya daya untuk bersuara kepadamu. So, that's fine. Masalahnya,
sekarang ini aku tak bisa menerima kehadiran gadis selainmu? Ketika
kupaksakan bayangan seorang bersandar padaku, sesegera mungkin mereka pergi menjauh dariku.
Sekarang ini, aku
sedang berada di suatu tempat entah berantah, kulihat mentari tengah
di ujung senja. Duduklah aku di atas tebing tepi pantai, bersama
dengan bayanganmu. Kau selalu tersenyum, indahnya pun tak pernah berubah.
Kita berdua diam, mendengarkan deraian ombak membelai bebatuan tebing
di bawah sana. Suaranya begitu samar, namun menghanyutkan. Aku harap,
ini adalah kenyataan.
Komentar
Posting Komentar
Blog ini DOFOLLOW
- Silahkan komentar dengan sopan
- No promosi
Komentar yang tidak pantas akan dihapus