Relativitas Kebenaran: Apa Itu Benar? Apa Itu Salah? Bagaimana Mengukurnya?
INTRO
Kalau kita kedinginan karena tersapu angin malam, menyentuh air keran rasanya hangat. Teks hitam pada layar putih pada saat presentasi dengan proyektor kelihatan hitam, padahal sebenarnya tetap putih; bisa begini karena intensitas cahayanya lebih rendah drpada titik-titik piksel lain. Saat siang di dalam ruangan dekat jendela ruangan terang dan terlihat sekeliling; kita bisa melihat cahaya lebih terang saat menyalakan lampu; tapi lampu tidak bisa menyaingi terangnya api lilin. Orang yg biasa makan fastfood, disuguhi singkong mungkin ogah-ogahan. Orang paling pandai di SMP masih bisa kalah dengan orang biasa yang sudah kuliah.
Apa artinya?
Banyak hal yg bersifat relatif di dunia ini. Panas dan dingin, senang dan sedih, tinggi dan rendah, tampan dan jelek, pintar dan bodoh.
Pertanyaannya, jika dikaitkan dengan analogi tersebut; parameter apa dan yg mana; yg bisa menentukan sudut pandang apakah suatu hal itu termasuk benar atau salah secara hakiki?
BASA-BASI
Orang tidak mungkin melihat realitas dengan apa adanya dia pasti sudah punya sudut pandang dan persepsinya sendiri, jadi realitas itu representasi (presentasi ulang) contohnya menulis testimoni tentang suatu produk pasti jawabanya setiap orang macam-macam sesuai persepsinya masing-masing. Jadi kalau pakai teorinya Imanuel kant kebenaran hakiki itu tidak terkejar atau tidak bisa ketangkap, pasti menurut versi masing-masing. Gampangannya, berapa derajat sih, suhu paling dingin yang tidak bisa disaingi dinginnya? Tidak terkejar! Semuanya pasti relatif.
Sebenernya tujuan utama dari tulisan ini adalah untuk mencari tau bagaimana jika dihadapkan pada pilihan sulit. Dinginnya es dalam kulkas pun masih ada yg lebih dingin. Panasnya arang pun masih ada yang lebih panas. Lalu kita ditanya apakah angin malam itu dingin atau panas? Jika air angin malam itu dingin, kenapa kita menyentuh air keran terasa hangat? Padahal jika ditanya air keran, jawabannya juga dingin. Meski dua2nya dingin, masih ada yang lebih dingin.
Kalau soal dingin panas, kita bisa menyimpulkan realitanya air keran itu memang hangat saat kedinginan. Jadi jelas kita sudah tau yg membuatnya hangat adalah tubuh yg suhunya lebih rendah dari air keran.
Untuk kasus relativitas di atas, ruang lingkupnya dibatasi oleh "rasa dingin pada subjek". Artinya suhu tubuh subjek dalam keadaan tidak normal. Sebab normalnya tidak kedinginan. Jika suhu normal pada tubuh (ada suhu tubuh yg normal secara umum pada kondisi yg normal pula, contoh keseharian) maka subjek pada keadaan itu jelas akan tetap merasakn air keran dingin atau suhu normal. Ini artinya ada pengaruh suhu badan subjek terhadap reaksi badannya pada air kran. Bagaimana membuktikan bahwa itu benar, yaitu cobalah pakai termometer. Maka air kran itu jelas memiliki suhu yg tetap. Oleh karena itu yg berubah bukan suhu air tapi yg berubah adalah suhu tubuh.
Inti dari basa-basi di atas memiliki sebuah inti pertanyaan yang belum terjawab. Indera apa yg bisa mendeteksi suatu hal tersebut benar atau salah?
TRUE ANSWERS
Benar/Salah? Apa alat indera/pengukurnya?
Dingin dan panas bisa diukur secara kualitatif dan kuantitatif dengan kulit dan termometer. Semakin panas adalah pertanda mengalirnya energi yang juga semakin besar. Begitu sebaliknya. Dingin adalah ketika energi dari tubuh mengalir keluar melalui kulit. Panas adalah ketika energi masuk melalui kulit ke tubuh. Itulah kenapa saat dingin, air keran terasa hangat. Ini karena suhu tubuh lebih rendah, sehingga menyerap energi panas dari air keran.
Kita tidak akan pernah tahu dingin dan panas secara mutlak. Coba pikirkan saja nitrogen cair yang dingin tersebut cuma bersuhu sekitar -200 derajat celcius. Jika bisa diukur sejumlah nilai itu, masih ada kemungkinan adanya suatu zat yang lebih dingin lagi.
Dengan mengaitkan analogi dan basa-basi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa benar/salah-nya suatu hal tergantung pada "tujuan".
Misalnya, jika tujuan kita adalah pergi ke jakarta secepatnya; maka berjalan gaya zig-zag itu benar, asal sampai. Yang lebih benar lagi adalah berjalan lurus engikuti jalan besar. Yang lebih benar lagi adalah mengendarai motor. Yang lebih-lebih benar lagi adalah mengendarai pesawat.
Berbeda lagi jika tujuan kita adalah: jangan pernah sekalipun menginjak tanah Jakarta. Dalam tujuan itu, naik pesawat ke Jakarta adalah sebuah kesalahan besar. Naik kendaraan bermotor bisa dibilang agak salah. Berjalan menuju Jakarta itu sedikit salah. Diam di rumah adalah pilihan yang benar. Semakin lama diam di rumah maka semakin benar yang kita lakukan.
Tujuan. jika kita bicara soal kulit; semua ini adalah soal keseimbangan energi antara tubuh dengan lingkungan luar. Tujuan adalah sesuatu yang membuat ketidakseimbangan. Selanjutnya ketidakseimbangan menciptakan fenomena alam yang mana manusia ikut membuat pengaruh di dalamnya.
Apa itu tujuan yang paling benar dalam hidup? Itulah yang harus kita pikirkan matang-matang. Jika tujuan kita dalam menjalani hidup salah, memanglah kita masih bisa melakukan hal yang benar. Tapi benar/salah itu relatif. Tingkat kebenaran/kesalahannya bisa diukur dengan tujuan hidup kita yang sekarang. Namun, jika ternyata tujuan hidup kita kali ini salah, bisa bahaya. Ibaratnya seperti pengukuran suhu dengan skala Celcius, padahal yang diminta adalah Fahrenheit. Atau, tujuan yang benar adalah keliling dunia, tapi kita cuma punya tujuan keliling Indonesia. Tentu saja itu akan membuat kita melewatkan banyak hal!
Pada akhirnya, kemampuan manusia sebagai makhluk yg bisa beradaptasi akhirnya dapat mempengaruhi persepektif benar/salah. Dalam hal ini, bentuk adaptasi manusia adalah mengubah-ubah tujuan hidupnya.
Lalu apa tujuan hidup yang benar itu? nah, untuk hal ini saya yakin kita semua sudah tahu. Jawabannya tidak akan jauh dari nilai-nilai religius yang di anut oleh masing-masing umat manusia. Pada umumnya tujuan paling benar bagia orang beragama adalah tujuan yang mengarah pada pendekatan diri kepada Tuhan-nya.
Kalau kita kedinginan karena tersapu angin malam, menyentuh air keran rasanya hangat. Teks hitam pada layar putih pada saat presentasi dengan proyektor kelihatan hitam, padahal sebenarnya tetap putih; bisa begini karena intensitas cahayanya lebih rendah drpada titik-titik piksel lain. Saat siang di dalam ruangan dekat jendela ruangan terang dan terlihat sekeliling; kita bisa melihat cahaya lebih terang saat menyalakan lampu; tapi lampu tidak bisa menyaingi terangnya api lilin. Orang yg biasa makan fastfood, disuguhi singkong mungkin ogah-ogahan. Orang paling pandai di SMP masih bisa kalah dengan orang biasa yang sudah kuliah.
Apa artinya?
Banyak hal yg bersifat relatif di dunia ini. Panas dan dingin, senang dan sedih, tinggi dan rendah, tampan dan jelek, pintar dan bodoh.
Pertanyaannya, jika dikaitkan dengan analogi tersebut; parameter apa dan yg mana; yg bisa menentukan sudut pandang apakah suatu hal itu termasuk benar atau salah secara hakiki?
BASA-BASI
Orang tidak mungkin melihat realitas dengan apa adanya dia pasti sudah punya sudut pandang dan persepsinya sendiri, jadi realitas itu representasi (presentasi ulang) contohnya menulis testimoni tentang suatu produk pasti jawabanya setiap orang macam-macam sesuai persepsinya masing-masing. Jadi kalau pakai teorinya Imanuel kant kebenaran hakiki itu tidak terkejar atau tidak bisa ketangkap, pasti menurut versi masing-masing. Gampangannya, berapa derajat sih, suhu paling dingin yang tidak bisa disaingi dinginnya? Tidak terkejar! Semuanya pasti relatif.
Immanuel Kant adalah salah satu pemikir yang mencoba menjawab pertanyaan metafisika terkait dengan pengungkapan kebenaran yang utuh dan hakiki. Tetapi kemudian Kant sampai pada kesimpulan bahwa kemampuan manusia dalam berpikir tidak memadai untuk sampai pada kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran yang mutlak dan tetap (numin).
Oleh sebab itu, Kant berpendapat bahwa noumena tidak akan pernah bisa dicapai oleh manusia. Keterbatasan dalam kemampuan berpikir manusia hanya akan membawa manusia sampai fenomena atau phainomenon yaitu yang menampak. Hakikat di balik yang menampak tadi hanya ada “di sana” tanpa manusia mampu sampai pada pemahaman akannya. Kemampuan berpikir manusia hanya akan sampai pada spekulasi akan noumena tersebut yang menampak dalam fenomena. Hakikat terdalam dari kebenaran tidak akan pernah sampai pada manusia, karena kemampuan manusia hanya berhenti pada fenomena. Oleh karena itu, perbincangan tentang noumena atau tentang kebenaran yang hakiki hanyalah “omong kosong” yang tidak perlu. (Sumber)
Sebenernya tujuan utama dari tulisan ini adalah untuk mencari tau bagaimana jika dihadapkan pada pilihan sulit. Dinginnya es dalam kulkas pun masih ada yg lebih dingin. Panasnya arang pun masih ada yang lebih panas. Lalu kita ditanya apakah angin malam itu dingin atau panas? Jika air angin malam itu dingin, kenapa kita menyentuh air keran terasa hangat? Padahal jika ditanya air keran, jawabannya juga dingin. Meski dua2nya dingin, masih ada yang lebih dingin.
Kalau soal dingin panas, kita bisa menyimpulkan realitanya air keran itu memang hangat saat kedinginan. Jadi jelas kita sudah tau yg membuatnya hangat adalah tubuh yg suhunya lebih rendah dari air keran.
Untuk kasus relativitas di atas, ruang lingkupnya dibatasi oleh "rasa dingin pada subjek". Artinya suhu tubuh subjek dalam keadaan tidak normal. Sebab normalnya tidak kedinginan. Jika suhu normal pada tubuh (ada suhu tubuh yg normal secara umum pada kondisi yg normal pula, contoh keseharian) maka subjek pada keadaan itu jelas akan tetap merasakn air keran dingin atau suhu normal. Ini artinya ada pengaruh suhu badan subjek terhadap reaksi badannya pada air kran. Bagaimana membuktikan bahwa itu benar, yaitu cobalah pakai termometer. Maka air kran itu jelas memiliki suhu yg tetap. Oleh karena itu yg berubah bukan suhu air tapi yg berubah adalah suhu tubuh.
Inti dari basa-basi di atas memiliki sebuah inti pertanyaan yang belum terjawab. Indera apa yg bisa mendeteksi suatu hal tersebut benar atau salah?
TRUE ANSWERS
Benar/Salah? Apa alat indera/pengukurnya?
Dingin dan panas bisa diukur secara kualitatif dan kuantitatif dengan kulit dan termometer. Semakin panas adalah pertanda mengalirnya energi yang juga semakin besar. Begitu sebaliknya. Dingin adalah ketika energi dari tubuh mengalir keluar melalui kulit. Panas adalah ketika energi masuk melalui kulit ke tubuh. Itulah kenapa saat dingin, air keran terasa hangat. Ini karena suhu tubuh lebih rendah, sehingga menyerap energi panas dari air keran.
Kita tidak akan pernah tahu dingin dan panas secara mutlak. Coba pikirkan saja nitrogen cair yang dingin tersebut cuma bersuhu sekitar -200 derajat celcius. Jika bisa diukur sejumlah nilai itu, masih ada kemungkinan adanya suatu zat yang lebih dingin lagi.
Dengan mengaitkan analogi dan basa-basi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa benar/salah-nya suatu hal tergantung pada "tujuan".
Misalnya, jika tujuan kita adalah pergi ke jakarta secepatnya; maka berjalan gaya zig-zag itu benar, asal sampai. Yang lebih benar lagi adalah berjalan lurus engikuti jalan besar. Yang lebih benar lagi adalah mengendarai motor. Yang lebih-lebih benar lagi adalah mengendarai pesawat.
Berbeda lagi jika tujuan kita adalah: jangan pernah sekalipun menginjak tanah Jakarta. Dalam tujuan itu, naik pesawat ke Jakarta adalah sebuah kesalahan besar. Naik kendaraan bermotor bisa dibilang agak salah. Berjalan menuju Jakarta itu sedikit salah. Diam di rumah adalah pilihan yang benar. Semakin lama diam di rumah maka semakin benar yang kita lakukan.
Tujuan. jika kita bicara soal kulit; semua ini adalah soal keseimbangan energi antara tubuh dengan lingkungan luar. Tujuan adalah sesuatu yang membuat ketidakseimbangan. Selanjutnya ketidakseimbangan menciptakan fenomena alam yang mana manusia ikut membuat pengaruh di dalamnya.
Apa itu tujuan yang paling benar dalam hidup? Itulah yang harus kita pikirkan matang-matang. Jika tujuan kita dalam menjalani hidup salah, memanglah kita masih bisa melakukan hal yang benar. Tapi benar/salah itu relatif. Tingkat kebenaran/kesalahannya bisa diukur dengan tujuan hidup kita yang sekarang. Namun, jika ternyata tujuan hidup kita kali ini salah, bisa bahaya. Ibaratnya seperti pengukuran suhu dengan skala Celcius, padahal yang diminta adalah Fahrenheit. Atau, tujuan yang benar adalah keliling dunia, tapi kita cuma punya tujuan keliling Indonesia. Tentu saja itu akan membuat kita melewatkan banyak hal!
Pada akhirnya, kemampuan manusia sebagai makhluk yg bisa beradaptasi akhirnya dapat mempengaruhi persepektif benar/salah. Dalam hal ini, bentuk adaptasi manusia adalah mengubah-ubah tujuan hidupnya.
Lalu apa tujuan hidup yang benar itu? nah, untuk hal ini saya yakin kita semua sudah tahu. Jawabannya tidak akan jauh dari nilai-nilai religius yang di anut oleh masing-masing umat manusia. Pada umumnya tujuan paling benar bagia orang beragama adalah tujuan yang mengarah pada pendekatan diri kepada Tuhan-nya.
Komentar
Posting Komentar
Blog ini DOFOLLOW
- Silahkan komentar dengan sopan
- No promosi
Komentar yang tidak pantas akan dihapus